Potensi Benih Tanaman Perkebunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Oleh :
Neliyanti P. Donuata, SP
Pengawas Benih Tanaman Ahli Muda
UPTD Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Timur
I. PENDAHULUAN
Dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50/Permentan/KB.020/9/2015 tanggal 21 September 2015 tentang Produksi, Sertifikasi, Peredaran dan Pengawasan Benih Tanaman Perkebunan dijelaskan bahwa dalam pengembangan tanaman perkebunan diperlukan ketersediaan benih unggul yang diproduksi dari varietas yang telah dilepas dan dapat pula menggunakan varietas unggul lokal yang tersedia di lokasi pengembangan untuk memenuhi kebutuhan ketersediaan benih.
Benih bermutu tinggi dihasilkan melalui proses budidaya 'pertanaman benih' (seed crop), pengolahan benih, penyimpanan benih, dan distribusinya yang dapat menjaga mutu tersebut. Benih yang memiliki mutu fisik dan fisiologis yang tinggi artinya, benih tersebut secara fisik bersih, tidak cacat, ukurannya seragam, warna seragam, dan secara fisiologis memiliki viabilitas yang tinggi (daya berkecambah dan vigor). Benih harus memiliki mutu genetik tinggi, artinya benih tersebut harus murni dan jelas identitasnya sesuai dengan deskripsi varietas tersebut.
Kebijakan pemerintah dalam mendukung program perbenihan melalui penyediaan benih unggul dan bermutu melalui prinsip 6 tepat (waktu, jumlah, lokasi, jenis, mutu dan harga) merupakan langka yang paling tepat dalam upaya peningkatan mutu dan keberlanjutan industri perbenihan. Strategi pengembangan pola kemitraan usaha dengan swasta/penangkar benih/asosiasi petani di wilayah pengembangan ini dapat menjadi salah satu acuan bagi pemerintah untuk mendorong industri perbenihan yang menyediakan benih yang terjamin mutunya.
Provinsi Nusa Tenggara Timur sangat berpotensi untuk pengembangan tanaman perkebunan karena memiliki topografi yang cocok dan masih memiliki lahan tidur/kosong yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada. Tanaman Perkebunan juga cocok pada kondisi iklim semi arid yang ada di wilayah Provinsi NTT dengan curah hujan rata-rata 4 (empat) bulan dan musim kemarau rata-rata 8 (delapan).
Pengembangan tanaman perkebunan di provinsi NTT secara umum mencakup 17 (tujuh belas) komoditas di tahun 2018 yang mencapai luasan 620.195,74 Ha dengan produksi 204.971,20 Ton (Dinas Pertanian NTT, 2019). Selanjutnya pengembangan tanaman perkebunan ini meningkat dan bertambah menjadi 18 (delapan belas) komiditi di tahun 2019 yang mencapai luasan 621.241,70 Ha dengan produksi 206.516,69 Ton. (Dinas Pertanian NTT, 2020). Kemudian bertambah lagi menjadi 19 (Sembilan belas) komoditi di tahun 2020 dengan luasan 624.600,1 Ha dengan produksi 208.694,1 Ton. (Dinas Pertanian NTT, 2021). Secara keseluruhan yang menjadi komoditi andalan khusus tanaman perkebunan di provinsi Nusa Tenggara Timur meliputi 8 (delapan) komoditi yakni kelapa, jambu mete, kopi, kakao, cengkeh, kemiri, pala dan tembakau.
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi ketersediaan benih unggul dan unggul lokal tanaman perkebunan yang tersedia di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pengembangan tanaman perkebunan secara nasional maupun dalam daerah.
II. KETERSEDIAAN BENIH TANAMAN PERKEBUNAN
Provinsi Nusa Tenggara Timur telah mengalami perkembangan yang cukup tinggi dalam hal kegiatan pembangunan perkebunan yang dilakukan dengan metode pengembangan (perluasan/peremajaan) tanaman perkebunan maupun intensifikasi tanaman perkebunan. Dalam kegiatan perluasan dan peremajaan tanaman perkebunan benih yang digunakan adalah benih yang tersedia di wilayah provinsi Nusa Tenggara Timur kecuali beberapa komoditi lain yang tidak tersedia benihmya.
Untuk menjadi benih yang dapat dipergunakan untuk kegiatan pengembangan tanaman perkebunan maka kebun sumber benih tersebut perlu dinilai dan ditetapkan sebagai kebun sumber benih dengan Tim lengkap yang terdiri dari pemulia tanaman, Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Perkebunan atau Balai Besar Perbenihan dan proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) wilayah kerja, Pengawas Benih Tanaman dari UPTD Provinsi dan petugas teknis yang membidangi perkebunan di kabupaten.
Sejak tahun 1990an hingga saat ini terus dilakukan kegiatan penilaian dan penetapan kebun sumber benih di wilayah provinsi Nusa Tenggara Timur untuk komoditi-komoditi perkebunan yang ada. Dimulai dari penetapan oleh SK Kepala Dinas H hingga diTahap penilaian dan penetapan kebun sumber benih dilakukan setelah dilakukan identifikasi kebun sumber benih sesuai persyaratan dari masing-masing komoditi yang tertuang dalam Keputusan Menteri Pertanian untuk masing-masing komoditi.
Setelah melewati tahapan-tahapan yang sesuai peraturan yang berlaku maka di wilayah Provinsi NTT terdapat lokasi kebun sumber benih yang telah ditetapkan dengan surat keputusan Menteri Pertanian sebagai benih unggul maupun benih unggul lokal.
Adapun lokasi kebun sumber benih tanaman perkebunan yang telah dinilai dan ditetapkan adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Daftar Kebun Sumber Benih di Wilayah Provinsi NTT Tahun 2020
No | Kabupaten | Tahun Penetapan | Komoditi/Varietas | Taksasi Produksi (butir/stek satu buku berdaun tunggal/gelondong | Ket |
1 | Flores Timur | 2016 | Jambu Mete/ MPF 1 | 29.500.288 | Unggul (tahun 2008) |
2016, 2017 | Kelapa Dalam/ Adonara | 2016; 75.681 2017: 36.880 | Unggul (tahun 2012) | ||
2018 | Pala/ Unggul Lokal | 317.520 | |||
2018 | Cengkeh/ Unggul Lokal | 1.084.112 | |||
2021 | Kelor/Unggul Lokal | 844.092 | |||
2 | Sikka | 2016, 2017 | Kelapa Dalam/DSK | 2016 : 104.717 2017 : 39.198 | Unggul (tahun 2007) |
2017 | Kelapa Dalam/ Unggul Lokal | 36.960 | |||
3 | Ende | 2016 | Jambu Mete/ MPE 1 | 18.641.695 | Unggul (tahun 2007) |
2017 | Kelapa Dalam/Unggul Lokal | 12.912 | |||
4 | Nagekeo | 2016 | Cengkeh/ Unggul Lokal | 4.704.000 | |
2016 | Pala/ Unggul Lokal | 93.800 | |||
2018 | Jambu Mete | 6.343.133 | |||
2019 | Pala/ Unggul Lokal | 71.520 | |||
2019 | Cengkeh/ Unggul Lokal | 383.930 | |||
2020 | Vanili/ Vanili Alor | 127.500 | |||
5 | Manggarai Timur | 2018 | Cengkeh/ unggul lokal | 2.951.744 | |
6 | Manggarai | 2018 | Jambu Mete/Unggul Lokal | 3.049.960 | |
7 | Alor | 2017 | Kelapa Dalam/ Unggul Lokal | 55.045 | |
2018 | Vanili/Vanili Alor | 546.758 | Unggul (tahun 2008) | ||
2018 | Kemiri/ Kemiri Alor | 244.676 | Unggul (tahun 2010) | ||
2018 | Cengkeh/ Unggul Lokal | 3.350.259 | |||
2018 | Jambu Mete/ Unggul Lokal | 2.155.285 | |||
8 | Sumba Timur | 2017 | Kelapa Dalam/ Unggul Lokal | 56.229 | |
2018 | Jambu Mete/ Unggul Lokal | 3.149.997 | |||
9 | Sumba Barat | 2016 | Kakao/ Hibrida F1 | 238.435 | |
2018 | Kakao/ Hibrida F1 | 41.203 | |||
10 | TTS | 2018 | Jambu Mete/ Unggul Lokal | 613.019 | |
11 | Malaka | 2020 | Pinang/ Unggul Lokal | 403.039 |
No | Kabupaten | Tahun Evaluasi | Komoditi/Varietas | Taksasi Produksi (butir/stek satu buku berdaun tunggal/gelondong | Ket |
1 | Flores Timur | 2019 | Jambu Mete/ MPF 1 | 18.673.480 |
|
|
| 2021 | Kelapa Dalam/ Adonara | 110.639 |
|
2 | Sikka | 2021 | Kelapa Dalam/DSK | 137.106 |
|
|
| 2021 | Kelapa Dalam/ Unggul Lokal | 31.779 |
|
3 | Ende | 2019 | Jambu Mete/ MPE 1 | 18.641.695 |
|
| 2020 | Kelapa Dalam/Unggul Lokal | 7.851 |
| |
4 | Nagekeo | 2019 | Cengkeh/ Unggul Lokal | 393.665 |
|
|
| 2019 | Pala/ Unggul Lokal | 25.600 |
|
|
| 2020 | Jambu Mete | 4.316.610 |
|
5 | Alor | 2021 | Vanili/Vanili Alor | 231.419 | Unggul (tahun 2008) |
6 | Sumba Barat | 2021 | Kakao/ Hibrida F1 | 239.486 |
|
7 | Sumba Timur | 2020 | Kelapa Dalam/ Unggul Lokal | 47.507 |
|
III. PENUTUP
1. Permasalahan
a. Teknis/ Budidaya
1.
Pemeliharaan
Kebun Sumber Benih/KSB belum dilakukan secara maksimal oleh petani pemilik PIT
secara kontinyu sesuai standar.
2.
Terdapat
tanaman yang tidak layak lagi sebagai PIT karena tidak lagi berproduksi secara
baik.
3.
Adanya
perubahan status lahan dari lahan perkebunan menjadi lahan hortikultura.
b. Pengembangan
1.
Benih
yang digunakan dalam kegiatan pengembangan tanaman perkebunan belum seluruhnya
melalui proses pemeriksaan/sertifikasi oleh PBT.
2.
Benih
yang digunakan belum memanfaatkan secara maksimal benih yang berasal dari KSB
di wilayah Provinsi NTT.
3.
Benih
yang diambil untuk digunakan/diedarkan belum menyesuaikan dengan taksasi
potensi benih yang telah dilakukan.
c. Pemasaran
1.
Umumnya
harga benih yang ada di lapangan bellum memiliki standar sesuai yang ditetapkan
oleh pemerintah.
2.
Jalur
transportasi ke lapangan dari lokasi KSB masih membutuhkan biaya yang mahal.
3.
Pemasaran
benih hanya dilakukan seputar wilayah terdekat saja
2. Saran/rekomendasi
1. Seluruh pengguna benih wajib menggunakan benih yang bersumber dari kebun sumber benih yang berada di wilayah Provinsi Nusa Tengara Timur.
2. Pengembangan tanaman perkebunan sebaiknya dilakukan untuk komoditi yang memiliki KSB di wilayah Provinsi NTT sehingga lebih mudah dan menekan biaya transportasi.
3. Perlu dilakukan penyuluhan/bimbingan tentang teknis pemeliharaan KSB sehingga dapat tetap berproduksi baik dan menghasilkan.
Semoga
tulisan ini dapat memberikan informasi dan gambaran tentang keberadaan Kebun
Sumber Benih tanaman perkebunan yang terdapat di wilayah provinsi NTT yang
dapat digunakan dalam kegiatan pengembangan tanaman perkebunan selanjutnya.
Sumber :
Direktorat Jenderal Perkebunan, 2015. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 50/Permentan/KB.020/9/2015.
Direktorat Jenderal Perkebunan, 2016-2020. Surat Keputusan Menteri Pertanian tentang Penetapan Kebun Sumber Benih.
Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2019. Angka Tetap Tanaman Perkebunan Tahun 2018.
Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2020. Angka Tetap Tanaman Perkebunan Tahun 2019.
Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2021. Angka Tetap Tanaman Perkebunan Tahun 2020.
UPTD Pengawasan dan Sertifikasi Benih, 2019-2021. Berita Acara dan Laporan Hasil Pemeriksaan Evaluasi Kelayakan Kebun Sumber Benih.