Berita - Umum

Pempus dan Pemprov Siasati Wabah Demam Babi Afrika

Virus African Swine Fever (ASF) atau dikenal dengan sebutan Demam Babi Afrika yang membinasakan 50 ribuan ekor babi di NTT sepanjang tahun 2020 lalu, menjadi catatan serius Pemerintah Pusat dan Daerah.

Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) menginstruksikan Kepala Dinas Pertanian Dan Dinas Peternakan Provinsi untuk berkolaborasi bersama stakeholder terkait untuk menyiapkan skenario penanganan wabah ASF pada ternak babi di NTT.

Sedangkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menginisiasi kerja sama lintas institusi dalam rangka pengendalian wabah ASF di Provinsi NTT.

Demikian yang terungkap dalam audiens antara Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang drh. Yulius Umbu Hunggar dan jajaran bersama Gubernur VBL, Selasa (21/9).



 

Agenda audiens adalah laporan Kabalai Karantina Pertanian Kelas I Kupang terkait persiapan dan agenda Kunjungan Kerja Menteri Pertanian di NTT 29 September mendatang.

Dalam kesempatan itu, Gubernur VBL juga meminta perhatian Pemerintah Pusat untuk mempertimbangkan dibangun Laboratorium Kesehatan Hewan di NTT.

“Saya minta Kadis Pertanian dan Kadis Peternakan agar berkolaborasi dengan stakeholder untuk mengusulkan (bangun) Laboratorium Kesehatan Hewan sebagai upaya penanganan penyakit ASF pada hewan ternak Babi di NTT,” ujarnya.

 

Sinergitas TJPS
Gubernur VBL menegaskan  Jaringan Pertanian Nasional (JPN), yang akan dikukuhkan secara nasional nantinya perlu juga melibatkan akademisi serta pendamping pertanian yang dimiliki.

“Bicara tentang nomenklatur jaringan untuk kepentingan pertanian maka perlu adanya unsur Akademisi dan Off Taker dalam JPN serta lima orang pengurus setiap kabupaten. Di cek lagi tugasnya apa saja, kemudian dikolaborasikan dengan pendamping Program TJPS,” terang Gubernur.

Ia menginstruksikan Kepala Dinas Pertanian Dan Dinas Peternakan berkolaborasi bersama Stakeholder terkait untuk menyiapkan usulan Biosecurity dan Bioindustri.

Sementara itu, Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang, drh. Yulius Umbu Hunggar menyebutkan bahwa alam kunjungan Mentan SYL, akan melaksanakan lima agenda.

Agenda-agenda yang disiapkan adalah Pengukuhan JPN se-Indonesia secara virtual. Kegiatan Pelepasan Ekspor. Penandatanganan MOU antara Menteri Pertanian RI dan RDTL terkait pengembangan dan pemasaran hasil pertanian dab Peresmian dan penandatanganan prasasti Instalasi Karantina Hewan Tenau.

“(Agenda lain yaitu) penandatanganan MoU antara BKP Kelas I Kupang, SKP Kelas II Ende dan Dinas Peternakan Provinsi NTT terkait pengendalian ASF di NTT,” jelas Yulius.

Untuk diketahui, Dinas Peternakan Provinsi NTT melaporkan hingga akhir Desember 2020, jumlah babi yang mati akibat terserang virus demam babi Afrika mencapai 50.000-an ekor.

Penyebaran virus demam babi Afrika tidak hanya menyerang ternak babi warga di Pulau Timor saja, akan tetapi sudah menyebar sampai ke Pulau Sumba, Alor, bahkan masuk sampai di Pulau Flores. Bahkan Data Dinas Peternakan Kabupaten Sikka per Mei 2021 menyebutkan bahwa Virus demam babi Afrika telah menyerang ternak babi di Sikka hingga menyisakan hanya sekitar 10 persen ternak babi yang bertahan dan masih hidup dari populasi babi sekitar 88 ribu ekor. Padahal data rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat, disebutkan sejak tahun 2018, populasi ternak babi NTT sudah menembus angka 2 juta ekor. Bahkan di tahun 2020 saja, sudah mencapai 2,8 juta ekor. (mg-22/R-01)

 

Sumber Berita : https://victorynews.id/
Anda Suka Berita Ini ?