LAUTRA Demi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir: Entry Meeting LAUTRA 2024 di Kupang
Kementerian PPN/Bappenas melalui Indonesia Climate
Change Trust Fund (ICCTF)
menggelar Entry Meeting Oceans for Prosperity – LAUTRA (Lautan Indonesia
untuk Kemakmuran) dengan tema “Strategi Penguatan Kebijakan Pendanaan Inovatif
untuk Konservasi dan Ekonomi Pesisir dan Laut”, dengan memilih NTT sebagai tuan
rumah penyelenggaraan kegiatan tersebut. Kegiatan diselenggarakan di Hotel
Harper Kupang, pada Kamis (20/6/2024). Kegiatan ini merupakan bagian dari kerja
sama Pemerintah Indonesia dengan Bank Dunia yang berkomitmen lebih meningkatkan pengelolaan ekosistem pesisir Indonesia yang efektif, dan
mengembangkan mata pencaharian berkelanjutan. LAUTRA merupakan upaya nyata dari Pemerintah
Indonesia untuk meningkatkan pengelolaan berkelanjutan kawasan konservasi laut
dan perikanan terumbu karang, serta membuka akses ekonomi yang lebih luas bagi
masyarakat lokal di 11 provinsi, termasuk provinsi Nusa Tenggara Timur, dengan
dukungan dana hibah Pro-Blue dari Bank Dunia.
Turut hadir dalam kegiatan
ini perwakilan Kementerian PPN/Bappenas, Direktur Eksekutif ICCTF, Koordinator
Tata Kelola Laut dan Pesisir, Direktorat Kelautan dan Perikanan, PPK Satker MWA
ICCTF, PIU LAUTRA, ICCTF, perwakilan Bank Dunia, perwakilan Kementerian
Kelautan dan Perikanan, perwakilan Pemerintah Provinsi NTT, NGO, perwakilan swasta,
akademisi dari universitas, para jurnalis, dan mitra pelaksana. Kegiatan ini bertujuan untuk memaparkan
rencana implementasi LAUTRA, khususnya dalam penyusunan strategi pembiayaan
berkelanjutan untuk infrastruktur kawasan konservasi laut dan pengembangan UMKM
serta membangun sinergi dengan para pemangku kepentingan di NTT.
Acara diawali dengan
sambutan dari Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT Sulastri H.I.
Rasyid. Dalam sambutannya, Sulastri menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Kementerian PPN/Bappenas yang sudah memilih NTT sebagai
tempat penyelenggaraan kegiatan LAUTRA. NTT adalah Kawasan dengan 2/3 wilayahnya
adalah laut. Sebagian wilayah tersebut adalah wilayah konservasi baik nasional,
yakni Taman Nasional Perairan Laut Sawu yang dikelola oleh BKKPN Kupang, maupun
empat kawasan konservasi daerah yakni Taman Perairan Kepulauan Alor, Lembata,
Flores Timur dan Sikka. Kawasan-kawasan tersebut termasuk dalam Proyek LAUTRA.
Tiga lainnya ada di Ende, Nagekeo dan Belu yang sedang diinisiasi agar dapat
masuk. Sulastri mengharapkan adanya pengelolaan yang baik, terkoordinasi dan integrative
dengan semua stakeholder baik di tingkat daerah maupun tingkat pusat. Untuk
Alor, ia sangat berbahagia dan bangga dengan nilai
yang sudah dihasilkan, karena pengelolaan di Alor termasuk dalam kategori Evika
“gold”. Pengelolaannya jelas membutuhkan integrasi pengelolaan serta
pendanaan dari semua stakeholder. Menurutnya, ke depan, pendanaan dari LAUTRA akan
memperkuat pengelolaan berkelanjutan tersebut baik untuk terumbu karang, laut,
maupun masyarakat pesisir, sehingga dapat meningkatkan perekonomiannya secara
nyata.
Acara dibuka secara resmi
oleh Direktur Kelautan dan Perikanan KementrianPPN/Bappenas, Mohamad Rahmat
Mulianda.
“Khusus untuk daerah
provinsi NTT, kegiatan program Lautra akan difokuskan pada dua Kawasan
Konservasi Perairan, yaitu KKPN Laut Sawu dan KKPD Selat Pantar-Alor,” kata
Rahmat membuka sambutannya.
“Melalui kajian pemetaan
potensi dan strategi pengembangan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat
yang berada dalam kawasan maupun area sekitarnya yang akan dilakukan,
diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar kawasan
konservasi,” ujarnya.
“Proyek LAUTRA merupakan
Inisiatif Revolusioner untuk pembiayaan inovatif dalam pengelolaan kawasan
konservasi perairan demi peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir,”
katanya.
Mengakhiri sambutannya, Rahmat
mengharapkan beberapa hal dari Kegiatan LAUTRA yaitu:
1. Potensi dan pengembangan mata pencaharian
alternatif bagi masyarakat yang berada dikawasan maupun area sekitarnya.
2. Masukan dan rekomendasi untuk mempersiapkan
penyusunan strategi pembiayaan jangka panjang berkelanjutan di Kawasan
Konservasi Perairan dengan adanya peluang dan analisis kesenjangan.
3. Masukan dan rekomendasi untuk mempersiapkan
penyusunan strategi pembiayan jangka panjang berkelanjutan untuk UMKM antara
lain Akses modal (LPMUK, Perantara Sektor Swasta) dan Integrasi Kesetaraan
Gender.
4. Strategi “blue
finance”
dalam pembiayaan pengelolaan kawasan konservasi perairan yang berkelanjutan
sesuai dengan kebijakan pemerintah dan standar internasional.
Selanjutnya sambutan oleh Tonny
Wagey selaku Direktur Eksekutif ICCTF. Tonny menegaskan kegiatan Indonesia Climate
Change Trust Fund (ICCTF) melalui Proyek Ocean for Prosperity Project-LAUTRA
bertujuan memperkenalkan strategi pendanaan inovatif untuk konservasi dan
ekonomi pesisir untuk memperkuat kerangka kebijakan, serta mengembangkan
investasi jangka panjang dalam sektor ekonomi biru guna meningkatkan
pengelolaan berkelanjutan kawasan konservasi dan perikanan, serta membuka
peluang ekonomi bagi masyarakat lokal. Keluaran LAUTRA adalah tiga komponen yaitu
penguatan lingkungan pendukung, kerangka kerja kebijakan untuk pendanaan biru,
dan pengembangan strategi investasi jangka panjang untuk sektor prioritas
ekonomi biru.
“Dukungan
dari Pemerintah Nusa Tenggara Timur, terutama terkait data dan informasi
kawasan konservasi, sangat kami harapkan untuk kelancaran implementasi program
ini. Pengelolaan MPA dan perikanan harus ada isu pendanaan yaitu pendanaan
inovatif yang merupakan hal yang penting bagi keberhasilan Pengelolaan MPA dan
Perikanan. Blue Finance adalah instrumen
pendanaan untuk mendanai implementasi Pengelolaan MPA dan Perikanan,” jelasnya.
Tonny menambahkan bahwa inovasi pendanaan yang dikembangkan
melalui program LAUTRA merupakan salah satu kunci keberhasilan program
pemerintah dalam melindungi ekosistem terumbu karang Indonesia. Instrumen
pendanaan seperti Coral Bond adalah obligasi yang sangat menarik bagi
para investor yang saat ini menjadikan keberhasilan konservasi ekosistem
sebagai dasar pembayaran keuntungan investasi berdampak yang marak di seluruh
dunia.
Beliau juga menyampaikan refleksi untuk pengelolaan laut Indonesia
di akhir sambutannya, sebagai berikut.
1.
ICCTF sebagai lembaga pemerintah
yang terbuka untuk penyaluran pendanaan bagi perubahan iklim.
2.
Potensi laut Indonesia begitu kaya,
namun ancaman nyata dari perubahan iklim dan dampak antroplogis lainnya dapat
menghilangkan potensi optimal dari laut Indonesia.
3.
Ekonomi Biru sebagai solusi untuk
mencapai keseimbangan untuk
keberlanjutan antara kelestarian ekosistem laut dan kesejahteraan masyarakat
pesisir.
4.
Pendaan Biru merupakan langkah
strategis untuk memicu investasi signifikan dalam perputaran roda perekonomian
biru di Indonesia.
5.
Coral Bond
adalah contoh nyata implementasi instrumen pendanaan biru.
Kegiatan dilanjutkan dengan talk show yang menghadirkan
panelis dari Tim Ahli, Rektor Unipa Maumere, dan Kepala BKKPN Kupang, juga
dilakukan secara paralel Doorstop dengan media/jurnalis. Acara penutup dilakukan
dalam Focal Grup Discussion (FGD) agar dapat mengumpulkan informasi
dan data awal Strategi Pendanaan Biru di Provinsi NTT. Para pesertanya berasal
dari unsur Bapperida Provinsi NTT, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT,
Universitas Muhammadyah Kupang dan Ketua Harian Dewan Konservasi Perairan
Provinsi NTT.
Seluruh rangkaian acara ditutup secara resmi oleh Tonny Wagey. Ia menyampaikan
terima kasih atas penerimaan, dan mengharapkan agenda selanjutnya di NTT
sebagai tindak lanjut dari kegiatan hari ini.
Penulis: Ita Kana (Pranata Humas Ahli Muda)
Penyelaras bahasa: Mario F. Lawi (Pranata Humas)
Editor: Sylvia C.Francis (Kabid PIKP)