Blog Single
Berita - PD

Mutiara dari Flobamorratass: Menghidupkan Lagi Dongeng di Bumi NTT

Kota Kupang,  NTTPROV.GO.ID  – Pada hari Kamis, 13 Januari 2022 Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi NTT diundang untuk menghadiri bedah buku “Mutiara dari Flobamorratass” karya Yohanes A.R. Teme atau yang lebih akrab disapa Bung Hendro. Bertempat di aula paroki St. Familia, kegiatan tersebut dibuka oleh Asisten I Setda Provinsi NTT, Dra. Bernadete Meriani Usboko, M.Si dan dihadiri berbagai kalangan di antaranya dari unsur DPDR Provinsi NTT, Forkompinda Kota Kupang, TNI/Polri, Media, Pengurus Koperasi, dosen, ASN dan masyarakat umum.

Dalam sambutannya mewakili Gubernur Nusa Tenggara Timur, Ibu Asisten I mengapresiasi karya Bung Hendro yang dinilainya sangat strategis dalam mewariskan nilai-nilai budaya dan membentuk karakter anak-anak NTT.

“Anak-anak yang dibekali nilai yang diperoleh dari dongeng merupakan generasi bernas, pewaris masa depan NTT”, ungkap Ibu Erni. Karena itu, menurut Ibu Erni, karya Bung Hendro merupakan bagian dari upaya mendukung misi Gubernur, yakni pembangunan sumber daya manusia.

Hal senada diungkapkan oleh Ibu Maria B. Adventia, SH, M.Hum, Kepala BP PAUD dan DIKMAS Provinsi NTT. Ia pun berharap agar buku ini bisa menjadi salah satu referensi berharga, khusus untuk muatan lokal (mulok) di lingkungan anak usia dini dan usia sekolah lainnya.

“Buku ini sangat relevan dengan tugas dan fungsi pengembangan mutu pendidikan anak usia dini dan masyarakat pada umumnya karena aneka legenda dongeng yang ada dalam buku ini sarat dengan makna dan pesan moral yang sangat berguna dalam membentuk akhlak dan budi pekerti anak didik”, demikian disampaikan Ibu Maria dalam sambutan tertulisnya.

Kepala Pusat Studi Budaya dan Pariwisata Undana, Dr. Marsel Robot, M.Si, yang hadir sebagai narasumber pun mengungkapkan kelebihan ceritera dongeng dibandingkan dengan teks ilmiah. Menurutnya, dongeng lebih bertahan lama dalam memori seseorang ketika itu dibaca atau diceritakan. Itulah alasan mengapa Kitab Suci dalam agama manapun digenangi metafor atau perumpaan.

“Salah satu yang menjadi kegelisahan saya yaitu bahwa anak-anak saat ini tidur malam dengan gadgetnya. Kalaupun ada kisah-kisah yang mereka dengarkan, lebih banyak dari negara lain: Amerika, Korea, Malaysia”, demikian Marsel mengungkapkan keprihatinannya.  Marsel juga mengkritisi adanya bahan ajar yang dipenuhi cerita dengan latar atau konteks luar NTT, misalnya ‘Bobi naik kereta api’. Padahal, baik guru maupun muridnya sama-sama tidak mengenal kereta api.

Menurut Marsel, tugas pemerintah dan Perguruan Tinggi adalah bagaimana mengkonversi buku Bung Hendro ini menjadi buku ajar di sekolah-sekolah untuk mengajarkan budi pekerti dan menyampaikan pesan moral terutama kepada anak-anak. Selain dalam bentuk buku ajar, cerita ini bisa juga dikonversi dalam bentuk animasi yang lebih menarik untuk ditonton oleh anak-anak.

Setelah memberikan kesempatan kepada sejumlah peserta untuk bercerita, acara pun ditutup dengan launching buku Mutiara dari Flobamorratass oleh Ibu Anakoli dari Komisi V DPRD Provinsi NTT.

 

Penulis : Wilfrid Kako Nono

Anda Suka Berita Ini ?