AYO BANGUN DESTINASI WISATA NTT (Bangun dari Kota dan Desa)
AYO BANGUN DESTINASI WISATA NTT
(Bangun dari Kota dan Desa)
Paul J.
Andjelicus
Perencana madya
spasial Dinas Parekraf Provinsi NTT
Anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Provinsi NTT
GoodStats Indonesia awal tahun ini merilis hasil
survei “Kota Pilihan Masyarakat
Indonesia” dan menempatkan Kota Jogyakarta, Denpasar dan Bandung menjadi 3
(tiga) besar kota pilihan utama orang Indonesia untuk liburan selama 3 tahun
berturut - turut mulai 2022 - 2024. Faktor yang mempengaruhi antara lain
keragaman pilihan objek wisata (65%), keindahan alam (54%), dan
banyaknya tempat bersejarah (41%), menjadi sederet preferensi utama dalam
memilih ketiga kota ini sebagai destinasi liburannya.
Sementara
menjelang Tahun Baru 2025, diberitakan warga kota menyerbu ruang publik dengan
area terbuka hijau yang murah atau gratis serta terintegrasi dengan
transportasi publik menjadi pilihan untuk menghabiskan waktu liburan. Taman
kota, museum, dan taman hiburan yang menyuguhkan keindahan alam sekaligus
pengetahuan ramai dikunjungi warga. Hal
itu tidak terlepas dari kondisi ekonomi yang mengharuskan penghematan konsumsi
masyarakat termasuk berwisata dan rekreasi. Menurut ekonom senior Indef, Tauhid
Ahmad, masyarakat memilih berwisata ke tempat murah bahkan gratis di dalam kota
tidak terlepas dari pelemahan daya beli yang terjadi dalam beberapa waktu
terakhir.
Kondisi
ekonomi global dan nasional punya pengaruh signifikan terhadap kunjungan
wisatawan. Namun tren kunjungan wisatawan ke NTT pasca Pandemi Covid 19 terus
meningkat yang membuktikan kepercayaan wisatawan untuk berkungjung ke NTT masih
tinggi dengan kekuatan pada wisata alam dan budaya. Sebaliknya lama tinggal wisatawan yang masih rendah, belum dapat menyentuh angka 2 sampai 3 hari
dan masih berkisar pada 1,5 hari (data BPS NTT). Lama tinggal wisatawan
berpengaruh terhadap jumlah pengeluaran wisatawan. Upaya yang terus dilakukan
untuk meningkatkan lama tinggal wisatawan antara lain melalui promosi wisata, penataan
kualitas destinasi wisata dan keragaman DTW yang ada.
Pengembangan
destinasi wisata atau daya tarik wisata (DTW) di Nusa Tenggara Timur yang terdiri dari 1637 DTW dan tersebar di seluruh
22 Kabupaten / kota memiliki tantangan
tersendiri. Kondisi geografis NTT sebagai provinsi kepulauan yang membutuhkan
konektivitas yang lebih baik dibanding daerah lainnya yang non kepulauan.
Kemudian sebagian besar DTW berada di desa atau kawasan yang
terpencil dengan aksesibilitas yang (masih) belum terhubung dengan baik atau
terbatas.
Daya
saing DTW kita berkurang dibanding
pesaing yang juga menawarkan DTW yang sama seperti NTB misalnya. Biaya
transportasi untuk berkunjung ke setiap DTW yang tersebar di beberapa pulau
(seperti Flores, Timor, Sumba) menjadi
tinggi. Seperti biaya
transportasi udara yang tinggi baik dari dan ke NTT maupun antara daerah
di dalam NTT sendiri. Hal ini tentu membuat calon wisatawan berpikir dua kali
untuk berkunjung dan menghabiskan waktu yang lebih lama ke NTT. Faktanya pada kondisi tertentu, tiket pesawat ke NTT
lebih mahal dari tiket pesawat Jakarta ke
Singapura atau dari Denpasar Bali ke Singapura.
Penatan
kembali destinasi wisata di NTT termasuk penyediaan dan perbaikan aksesibilitas
dan konektivitas menjadi point penting disamping penataan kembali DTW khususnya
DTW unggulan di setiap kabupaten/kota, promosi wisata, dan membangun industri
pariwisata serta ekosistem ekonomi kreatif sebagai penggerak ekonomi lokal.
Untuk itu peran kota sebagai gerbang masuk wisatawan menjadi penting. Untuk
konteks NTT dengan geografis kepulauan membangun kekuatan destinasi wisata
tidak hanya di desa tapi juga (sudah dimulai) dari kota.
Hal
ini sejalan dengan upaya pembangunan keparawisataan dalam Program 7 Pilar
Gubernur dan Wagub NTT Terpilih 2024-2029 pada Pilar 1 Ekonomi Berkelanjutan:
Memperkaya ekowisata, geowisata, geopark, dan wisata budaya berbasis komunitas,
menampilkan jati diri dan pesona NTT ke dunia. Salah satu upaya tersebut adalah
dengan membangun infrastruktur pendukung pariwisata (akses jalan, listrik, air)
dan mempermudah akses transportasi (darat, laut, udara). Pada titik ini, kota
akan memainkan peran strategis sebagai gerbang, tempat transit dan akses
penghubung ke semua DTW yang ada di desa dan berbagai kawasan terpencil
lainnya.
Kota
menjadi gerbang masuk wisatawan sehingga perlu mendapat perhatian sebagai
tempat transit dan jendela informasi wisatawan yang akan mengunjungi semua DTW
yang unik dan eksotik yang ada di desa. Kota juga mempunyai daya tarik wisata. Berkat
kelengkapan infrastruktur pendukung dan komponen pariwisata yang lengkap
daripada di desa, maka kota berpotensi
menjadi daya tarik tersendiri untuk berwisata sekaligus potensi untuk
meningkatkan lama tinggal wisatawan.
Peluang
mengembangkan wisata kota di NTT sangat terbuka mengingat semua kota ibukota
kabupaten telah memainkan peranan sebagai tempat transit wisatawan. Kota Kupang
dan Labuan Bajo menjadi hub utama masuknya pengunjung termasuk wisatawan dari
luar NTT dan dunia. Komponen 3 A Pariwisata (Atraksi, Amenitas dan
Aksesibilitas) yang sudah ada dapat ditingkatkan secara bertahap, termasuk
dengan mengembangkan daya tarik wisata
baru. Semua kota juga rata-rata sudah
memiliki infrastruktur publik dasar yang lengkap seperti listrik dan
telekomunikasi, air bersih, sistem transportasi (jaringan jalan dan moda
transportasi).
Wisatawan
yang akan datang dan masuk menuju ke berbagai DTW membutuhkan sarana
tranportasi baik pesawat udara, bis, kapal laut dan memerlukan tempat singgah
dan pergantian antar moda transportasi berupa bandara udara (bandara), terminal
dan pelabuhan. Semua fasilitas tersebut
lebih banyak terdapat di kota kecuali beberapa destinasi wisata tertentu
seperti Pulau Komodo yang dilengkapi dengan pelabuhan untuk kapal wisatawan.
Seperti bandara di NTT yang lagi-lagi lebih banyak berada di kota atau
pinggiran kota berfungsi sebagai gerbang dan etalase membangun kesan pertama
yang tak terlupakan bagi wisatawan.
Dalam Webinar Penerbangan Internasional Labuan Bajo, Menata Pintu Masuk Pembangunan Pariwisata NTT, 25 September 2024, Pj. Gubernur NTT Andriko Noto Susanto menyatakan Bandara memiliki peran yang strategis dalam memperkenalkan keindahan NTT ke dunia. Bandara Komodo Labuan Bajo menjadi satu-satunya bandara di NTT yang berstatus internasional merupakan gerbang emas bagi pengembangan pariwisata di NTT. Usul konkritnya, Bandara wajib didesain, dibangun dan dioperasionalkan dengan memadukan unsur modern dan sentuhan potensi lokal. Ini dapat meningkatkan daya tarik kota dan suatu daerah. Bandara dapat menjadi daya tarik wisata baru dengan beragam atraksi kearifan lokal yang ada disamping arsitektur bandaranya seperti yang sudah diperlihatkan Bandara Changi Singapura.
Branding Bandara Komodo Kota
Labuan Bajo untuk membangun kesan pertama yang tak terlupakan bagi wisatawan
dan sekaligus menjadi daya tarik wisata baru di kota.
Sumber: Kemenparekraf RI
Pengalaman
lain sebagai referensi kita adalah Kota Bangkok Thailand yang dinobatkan
sebagai kota pariwisata teratas dunia pada tahun 2024 oleh Euromonitor
International, dengan jumlah kunjungan mencapai 32,4 juta wisatawan. Kekuatan
daya tarik yang menjadi magnet
wisatawan untuk berkunjung ke Bangkok adalah keragaman daya tarik wisata (alam,
budaya dan buatan), kelengkapan moda transportasi, fasilitas akomodasi,
restoran dan banyaknya festival yang dilakukan. Ada lima kekuatan utama (soft power) yang
ditawarkan Bangkok yaitu makanan, film, fashion, seni bela diri, dan festival.
Dengan
memperhatikan hasil survei terkait preferensi utama dalam memilih kota sebagai
tempat rekreasi, wisata dan pengalaman Kota Bangkok serta contoh kota lain yang
berhasil, kita dapat mulai menyiapkan kota-kota di NTT sesuai potensi yang
dimiliki. Ada 21 kota dan Kota Kupang yang masing-masing memiliki DTW yang
tidak kalah unik dan adanya ditunjang
fasilitas penunjang yang bisa ditawarkan untuk menambah lama tinggal wisatawan
sebelum atau sesudah berkunjung ke berbagai DTW yang ada di desa. Seperti balai kota dan alun – alun kota,
taman kota, kota lama atau kawasan bersejarah, monumen kota, bangunan ikonik, mall / pusat
perbelanjaan, pasar tradisional, museum
kota, sentra kuliner, pasar malam dan
kampung kota.
Peningkatan
daya tarik wisata di kota juga dapat dilakukan dalam bentuk penyelenggaraan festival / event sosial budaya dan industri
ekonomi kreatif yang dilakukan secara berkala yang akhirnya dapat menarik minat
wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Ini seperti yang dilakukan Kota
Jember, Jawa Timur dengan Jember Fashion Carnaval yang akhirnya mendunia. Beberapa kota sudah mulai melakukan seperti
Kota Ende dengan Festival Kebangsaaan dalam rangka menyambut HUT Pancasila,
Kota Labuan Bajo dengan Festival Golo Koe dan Kota Kupang sendiri dengan Festival Koepan dalam rangka HUT Kota Kupang.
Kemudian ada Festival NTT Bertenun yang baru dilakukan dalam rangka HUT NTT 20
Desember 2024 lalu.
Foto Dokumentasi Judul :
Istimewa