GEOWISATA, POTENSI WISATA TEMATIK BERKELANJUTAN DI NTT
GEOWISATA, POTENSI WISATA TEMATIK BERKELANJUTAN DI NTT
Paul J. Andjelicus
Perencana Madya Bidang Spasial
Dinas Parekraf Provinsi NTT
Pembangunan pariwisata di Nusa Tenggara Timur (NTT) memasuki babak baru. Sesuai arahan RPJMN 2025-2029 dari aspek pengembangan wilayah, NTT bersama Bali dan NTB diarahkan untuk dikembangkan menjadi koridor super hub pariwisata Bali-Nusa Tenggara bertaraf internasional. Sementara dibawah kepemimpinan baru Gubernur dan Wakil Gubernur NTT periode 2025-2030, pembangunan pariwisata NTT dalam Program Prioritas: Dasa Cita Ayo Bangun NTT menempatkan Wisata NTT sebagai Penggerak Ekonomi Lokal melalui upaya memperkaya ekowisata, geowisata, geopark dan wisata budaya berbasis komunitas, menampilkan jati diri dan pesona NTT kepada dunia.
Upaya pengembangan pariwisata sebagai penggerak ekonomi lokal sejalan dengan upaya pembangunan pariwisata berkelanjutan itu sendiri yang sejatinya harus dapat memberikan manfaat bagi masyarakat baik secara ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Industri pariwisata tentu harus tetap dijaga perkembangannya dengan adanya kunjungan wisatawan, upaya meningkatkan lama tinggal dan disertai peningkatan belanja pengunjung dan wisatawan yang datang ke NTT.
Semua ini membutuhkan daya tarik wisata yang berkualitas baik dari aspek keunikan dan kelangkaan maupun dari aspek keragaman / variasi daya tarik wisata dan ditunjang dengan kelengkapan 3 A Pariwisata (Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas) untuk menjadi magnet yang kuat. NTT punya potensi untuk itu dengan 1637 Daya Tarik Wisata (DTW) yang tersebar di semua 22 kabupaten/kota yang terdiri dari 759 DTW alam, 762 DTW Budaya dan 116 DTW buatan. Salah satu potensi adalah geowisata yang dapat dikembangkan menjadi potensi wisata minat khusus. Bahkan kawasan TN Danau Tiga Warna Kelimutu di Kabupaten Ende dapat disebut sebagai kawasan geowisata pertama di NTT dan dalam proses usulan untuk ditetapkan menjadi Geopark Nasional.
Terkait pengembangan geowisata di NTT, sudah banyak tulisan pikiran / gagasan yang disampaikan berbagai pihak. Penulis sendiri sudah menggambarkan potensi geowisata NTT dalam artikel dengan judul “Potensi Geowisata NTT” yang dimuat di HU Timor Ekspress 12 November 2020 dan kemudian dirangkum dalam buku karya penulis “KOLASE WISATA, Kumpulan Artikel Pembangunan Kepariwisataan untuk NTT” yang diterbitkan Penerbit Jejak Pustaka Jogyakarta tahun 2022. Kemudian artikel dengan judul “Pengembangan Geowisata dan Geopark di NTT” yang dimuat di koranntt.com tanggal 23 Mei 2023. Sementara potensi kawasan geowisata di NTT sendiri sudah banyak dilakukan berbagai studi, penelitian awal dan penyelidikan lapangan di beberapa lokasi oleh lembaga terkait seperti Kementerian ESDM, Bappenas, ITB dan perkumpulan ahli Geologi. Beberapa lokasi tersebut antara lain Kawasan Fatumnasi di Kabupaten TTS, Pulau Sabu dan Sumba, serta beberapa titik lokasi wisata alam di Flores.
Geowisata adalah wisata tematik khusus yang fokus pada wisata alam dan melibatkan kunjungan pada geosite atau fitur bumi untuk tujuan rekreasi dan merupakan salah satu bentuk pariwisata berkelanjutan. Geowisata dilakukan di kawasan geowisata dan atau Geopark (Taman Bumi). Kawasan Geowisata adalah kawasan yang memanfaatkan potensi sumber daya alam seperti bentang alam, batuan, struktur geologi dan sejarah kebumian untuk tujuan wisata. Geowisata terdiri dari unsur geologi (bentuk dan proses) yang dikombinasikan dengan komponen pariwisata seperti atraksi, aksesibilitas dan amenitas. Sementara Geopark merupakan kawasan yang satu tingkat di atas kawasan geowisata yang memiliki keaneragaman geologi (geodiversity), keanekaragaman hayati (biodiversity) dan keanekaragaman budaya (culturaldiversity)
Kegiatan yang dilakukan di kawasan geowisata antara lain melihat obyek geosite, mengamati dan menikmati lanskap bentang alam, membaca informasi obyek goesite yang ada dari hasil interpretasi yang meliputi proses dan bentuk. Kemudian dapat dilakukan penelitian dengan berbagai topik seperti sumber daya alam, bencana geologi, perubahan iklim, pendidikan dan ilmu pengetahuan serta kebudayaan. Kegiatan penunjang antara lain melihat keaneragaman hayati (flora fauna), daya tarik kearifan lokal masyarakat setempat di kawasan geowisata.
Suatu kawasan geowisata perlu ada keragaman geosite yang ditunjang informasi geologi kawasan, kemudian adanya daya tarik wisata lainnya seperti keanekragaman flora fauna dan sosial budaya. Fasilitas penunjang lainnya seperti shelter, toilet umum, toko dan warung dan lainnya serta jasa layanan wisata lainnya seperti kepemanduan wisata berbasis geologi. Semua upaya ini untuk menciptakan kepuasan wisatawan melibatkan rasa kagum, apresiasi dan adanya pembelajaran sehingga memberikan kontribusi bagi konservasi daya tarik kawasan geowisata yang ada secara keseluruhan.
Pengembangan geowisata di NTT perlu dilakukan dengan langkah awal melakukan identifikasi potensi kawasan geowisata yang ada. Semua daya tarik wisata alam yang ada memang lahir dari proses geologi yang panjang. Bentang alam yang ada seperti saat ini (lautan, daratan, gunung, bukit, gua, lembah, danau, sungai) merupakan hasil proses geologi yang terjadi sejak awal pembentukan bumi dan masih terus berlangsung sampai saat ini.
Identifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria obyek geowisata unggulan (Kusumabhrata,1998) yang meliputi keindahan, keunikan, kelangkaan dan tantangan. Untuk keindahan berkaitan dengan kemampuan daya tarik wisata untuk memberikan rasa nyaman, tenang yang dapat memanjakan pancaindra. Untuk keunikan, daya tarik wisata alam mempunyai sejarah proses penciptaan yang khas sehingga unik. Untuk kelangkaan, daya tarik wisata alam tersebut jarang dijumpai di tempat lain sehingga mengurangi persaingan bahkan bila perlu tidak ada di tempat lain. Sementara pada kriteria tantangan, daya tarik wisata alam tersebut memiliki variasi bentang alam tertentu dengan berbagai tingkat kesulitan rintangan pada saat dijelajahi.
Menurut penulis, dengan adanya empat kriteria ini, tidak semua DTW alam dan kawasan sekitarnya dapat dijadikan kawasan geowisata khususnya jika berpedoman pada kriteria keunikan dan kelangkaan. Sampai saat ini, hanya Danau Tiga Warna Kelimutu Ende yang mempunyai kriteria kelangkaan yang kuat di samping tiga kriteria lainnya. Karena DTW ini memiliki tiga danau dengan warna yang berbeda dan dapat berubah warnanya sehingga menjadi ciri yang khas, unik dan tidak ada obyek yang sama di dunia. Hanya ada di Indonesia dan di NTT saja. DTW alam dan kawasan sekitarnya yang terpilih harus mempunyai keunggulan dari keempat kriteria tadi khususnya aspek keunikan dan kelangkaan, sehingga benar-benar disiapkan menjadi kawasan geowisata yang memiliki daya saing yang kuat, berskala internasional, minimal nasional.
Kunci dalam pengembangan Kawasan Geowisata (juga Geopark) adalah keragaman elemen obyek geologi (geosite/fitur bumi) yang dimiliki suatu lokasi wisata alam seperti mineral, batuan, fosil, struktur tektonik, proses geodinamika dan bentang alam. Semakin banyak dan bervariasi, akan semakin baik dan bersama dengan elemen keanekaragaman hayati dan budaya dapat dikembangkan menjadi Kawasan Geowisata dan selanjutnya menjadi Geopark. Hasil identifikasi potensi dari para ahli geologi menjadi referensi untuk menetapkan kawasan geowisata di NTT.
Selanjutnya setelah DTW alam dan kawasan sekitarnya terpilih untuk dijadikan Kawasan Geowisata, maka perlu disiapkan informasi proses dan keunikan geologi melalui interpretasi proses geologi yang terjadi. Ini dapat melibatkan kaum akademisi termasuk Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Provinsi NTT yang sudah berkiprah melakukan berbagai studi geologi di NTT termasuk untuk pengembangan geowisata dan geopark.
Interpretasi geologi ini akan menghasilkan suatu narasi ilmiah yang tentunya perlu dikemas secara sederhana dalam bahasa narasi populer sehingga mudah dipahami masyarakat termasuk pengunjung dan wisatawan. Interpreasi untuk penyusunan informasi dapat dilakukan dengan berpedoman pada Kotak Geowisata (Brahmantyo,2014 hasil modifikasi dari Newsome, 2005) yang meliputi informasi Bentuk, Proses Geologi, Geologi Dasar, Sejarah Geologi, Pendukung Geowisata (Geo+) dan Kegiatan Wisata. Informasi geologi kawasan yang dikemas dengan menarik akan memberikan pengalaman bagi pengunjung dan masyarakat mengembangkan pengetahuan, kesadaran dan apresiasi terhadap kekayaan geologi dan lingkungan kawasan secara keseluruhan.
Kedua kegiatan yang dibahas di atas yaitu identifikasi lokasi DTW alam dan kawasan sekitarnya yang berpotensi menjadi kawasan geowisata dan penyediaan informasi geologi kawasan merupakan prinsip dasar dalam mengembangkan geowisata (Dowling,2011). Prinsip dasar lainnya adalah berkelanjutan, bermanfaat bagi masyarakat dan memberikan kepuasan bagi pengunjung / wisatawan.
Dokumentasi judul: Istimewa
