Potret Realitas Transmigran Eks Timor Timur di Halifunan Hidup dari Ubi dan Pisang di Tanah Merah Putih
Belu, Nusa Tenggara Timur — Kondisi kehidupan para transmigran eks Timor Timur di Dusun Halifunan, Desa Lakanmau, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kabupaten Belu, masih memprihatinkan meski sudah lebih dari dua dekade memilih menetap di wilayah perbatasan Indonesia–Timor Leste. Minimnya fasilitas dasar, keterbatasan ekonomi, serta kurangnya program pemberdayaan dari pemerintah menjadi realitas hidup ratusan jiwa di sana.
Melihat kondisi tersebut, pada Minggu, 26 Oktober 2025, Tim Ekspedisi Patriot Institut Pertanian Bogor (IPB) University melakukan pengumpulan data primer melalui kuesioner. Kegiatan ini dipusatkan di Balai Dusun Halifunan dan diikuti sekitar 65 kepala keluarga (KK) transmigran.
Kunjungan ini didampingi oleh Kepala Bidang Transmigrasi Kabupaten Belu, serta diterima langsung oleh aparat pemerintah dusun dan tokoh masyarakat setempat. Ketua Tim Ekspedisi Patriot (TEP) A, Dr. Feryanto, S.P., M.Si., dalam sambutannya menyampaikan rasa hormat kepada warga yang telah menerima timnya dengan hangat.
“Kami mohon bantuan dari Bapak dan Ibu sekalian untuk memberikan data yang jujur sesuai kondisi sebenarnya demi kebutuhan kajian ilmiah kami. Data ini akan kami bawa sebagai masukan untuk merumuskan rekomendasi kebijakan dan program pemberdayaan yang tepat sasaran bagi Halifunan,” ujar Dr. Feryanto saat membuka kegiatan.
Tim peneliti TEP A yang turut hadir terdiri dari Fahreza, S.P., Juli Winando Lumban Toruan, S.P., M.Si., Nafal Dzaky Fayiza, S.P., dan Aura Nurkhalis. Mereka mendalami kondisi sosial ekonomi masyarakat eks transmigran yang sejak tahun 1999 menetap di kawasan tersebut setelah konflik di Timor Timur.
Dalam proses pengumpulan data, tim menemukan fakta yang menyentuh hati dan menegaskan krisis pangan lokal. Seorang warga yang menjadi responden mengatakan:
“Kami rela meninggalkan tanah kelahiran kami pasca kejadian tahun 1999 dan memilih hidup bersama Merah Putih sampai mati. Tapi di sini hidup kami sangat susah. Untuk membeli beras saja kami belum mampu. Makanan pokok kami masih ubi dan pisang setiap hari,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Selain persoalan ekonomi yang membuat warga Halifunan sulit mengakses pangan karbohidrat utama, warga juga mengeluhkan keterbatasan fasilitas umum. Mereka kesulitan mendapat akses air bersih, fasilitas kesehatan (ketiadaan Puskesmas Pembantu/Pustu), dan minimnya program pemberdayaan ekonomi berkelanjutan dari pemerintah daerah maupun pusat.
Meskipun hidup dalam keterbatasan, masyarakat Halifunan dikenal ramah, religius, dan tetap memegang kuat nasionalisme Indonesia. Mereka berharap kehadiran Tim Ekspedisi Patriot IPB University ini dapat menjadi jembatan aspirasi agar kajian ilmiah ini segera ditindaklanjuti pemerintah pusat dengan program bantuan infrastruktur dan peningkatan mata pencaharian.
Penulis : Juli Winando Lumban Toruan
Anda Suka Berita Ini ?
