Berita - Umum

TEP IPB Gelar FGD Bahas Strategi Pengembangan Kawasan Transmigrasi Tasifeto, Mandeu: Dorong Kemandirian dan Daya Saing Wilayah Perbatasan

Belu — 6 November 2025. Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Tim Ekspedisi Patriot Transmigrasi bekerja sama dengan Kementerian Transmigrasi dan Pemerintah Kabupaten Belu menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Pengembangan Kawasan Transmigrasi Tasifeto–Mandeu: Identifikasi Peluang, Tantangan, dan Strategi Aksi Menuju Wilayah Tangguh dan Berdaya Saing.” Kegiatan ini berlangsung di Aula Kantor BP4D Kabupaten Belu dan dihadiri puluhan pemangku kepentingan lintas sektor.

Kawasan Strategis Perbatasan
FGD ini merupakan bagian dari upaya memperkuat arah pembangunan Kawasan Transmigrasi Tasifeto–Mandeu, yang ditetapkan sebagai kawasan prioritas nasional dalam RPJMN 2025–2029. Kawasan yang terletak di perbatasan Indonesia–Timor Leste ini memiliki potensi ekonomi tinggi di sektor pertanian, peternakan, dan perdagangan lintas batas, namun masih menghadapi kendala mendasar seperti keterbatasan infrastruktur, rendahnya kapasitas sumber daya manusia, dan lemahnya kelembagaan ekonomi lokal.

Ketua Tim Ekspedisi Patriot Transmigrasi IPB, Dr. Feryanto, menjelaskan bahwa kegiatan ini menjadi ruang kolaboratif bagi akademisi, pemerintah, dan masyarakat untuk menggali potensi kawasan secara komprehensif. “Melalui FGD ini, kami berupaya mengidentifikasi peluang, hambatan, dan merumuskan strategi aksi pengembangan kawasan agar Tasifeto–Mandeu dapat tumbuh menjadi wilayah transmigrasi yang tangguh, produktif, dan berdaya saing,” ungkapnya.

Sinergi Pemerintah Daerah dan Akademisi
Kegiatan ini dihadiri oleh sekitar 25 peserta dari berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Belu, di antaranya Bappelitbangda, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dinas PUPR, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas Koperasi dan Transmigrasi, serta Dinas Pariwisata, bersama perwakilan Kecamatan Tasifeto Timur dan Desa Mandeu.

Kepala Bappelitbangda Kabupaten Belu, Fredrikus L. Bere Mau, selaku narasumber utama, memaparkan arah kebijakan pembangunan wilayah dan integrasi kawasan transmigrasi Tasifeto–Mandeu dalam RPJMD Belu 2025–2029.
Ia menegaskan pentingnya sinkronisasi antara kebijakan nasional dan daerah untuk mempercepat pemerataan pembangunan di wilayah perbatasan. “Tasifeto–Mandeu harus menjadi motor penggerak ekonomi baru di kawasan perbatasan. Integrasi perencanaan antar-sektor dan penguatan kapasitas masyarakat menjadi kunci agar kawasan ini benar-benar mandiri dan berdaya saing,” jelasnya.

Diskusi Konstruktif dan Antusias
Suasana FGD berlangsung interaktif. Para peserta aktif menyampaikan masukan mengenai berbagai persoalan lapangan, seperti kondisi jalan antar-desa yang rusak, keterbatasan air bersih, rendahnya akses pelatihan, serta pentingnya digitalisasi UMKM dan penguatan BUMDes.
Tim IPB juga memaparkan hasil identifikasi sosial ekonomi kawasan, termasuk potensi komoditas unggulan seperti jagung, porang, dan kopi, serta peluang pengembangan sektor pariwisata perbatasan Respon peserta sangat positif. Mereka berharap hasil FGD ini dapat menjadi rujukan konkret dalam perencanaan pembangunan lintas sektor, termasuk dalam pengembangan infrastruktur, ekonomi produktif, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat transmigran.

Menuju Tasifeto–Mandeu yang Mandiri dan Berkelanjutan
Melalui diskusi ini, para pemangku kepentingan sepakat bahwa pengembangan kawasan transmigrasi Tasifeto–Mandeu membutuhkan sinergi jangka panjang antara pemerintah pusat, daerah, akademisi, dan masyarakat lokal.
Langkah strategis yang diusulkan meliputi peningkatan konektivitas wilayah, penguatan ekonomi lokal berbasis komoditas unggulan, serta peningkatan kapasitas SDM dan kelembagaan ekonomi masyarakat

FGD ini diakhiri dengan komitmen bersama untuk menyusun peta peluang dan tantangan pengembangan kawasan transmigrasi sebagai dasar perumusan strategi aksi dan rekomendasi kebijakan daerah.

Kegiatan tersebut diharapkan menjadi langkah awal menuju terwujudnya Tasifeto–Mandeu sebagai kawasan transmigrasi tangguh, mandiri, dan berdaya saing, sekaligus model pembangunan wilayah perbatasan Indonesia yang inklusif dan berkelanjutan.

Penulis : Juli Winando Lumban Toruan
Anda Suka Berita Ini ?