Pariwisata NTT butuh Branding, guys
Paul J. Andjelicus
Perencana Muda Dinas Parekraf Provinsi NTT
Anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) NTT
Salah satu strategi promosi dan pemasaran pariwisata adalah dengan membangun branding pariwisata. Branding pariwisata merupakan suatu cara atau strategi dalam memasarkan suatu destinasi wisata agar dapat lebih dikenal luas oleh wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Hal ini juga merupakan upaya agar sebuah destinasi wisata mampu bertahan lama dan menjadi favorit. Menurut Hermawan Kertajaya, dalam strategi pemasaran termasuk pemasaran pariwisata dikenal 3 aspek yaitu positioning, differentiation dan branding. Branding mempermudah wisatawan membedakan suatu destinasi dengan destinasi lainnya, sehingga untuk memenangkan persaingan sangat diperlukan membangun keunikan desitinasi wisata tersebut. Membangun branding sebuah destinasi pariwisata adalah upaya agar destinasi tersebut memiliki keunggulan dari sisi identitas (competitive identity) dan menjadi sebuah janji (promise) yang harus ditepati.
NTT sebagai sebuah provinsi kepulauan mempunyai potensi dan kekuatan wisata yang luar biasa karena memiliki 1305 destinasi wisata dengan fokus wisata alam dan budaya dan semua kabupaten / kota memilikinya. Menjadi provinsi yang paling banyak memiliki destinasi wisata. Konsep dan gagasan pembangunan pariwisata NTT adalah membangun “Ring of Beauty”. Menciptakan cincin keindahan wisata alam dan budaya dari rangkaian kepulauan. Promosi keindahan, membangun ekspetasi dan imaginasi ini yang harus terus menerus dibangun sebagai citra wisata NTT di mata dunia dan salah satunya melalui branding pariwisata untuk membedakan pariwisata di NTT dengan destinasi – destinasi wisata yang ada di tempat lain.
Branding adalah merek. Menurut Tony Kleden, Pariwisata NTT butuh merek karena untuk urusan pariwisata, merek yang menjadi nilai jual dan dalam ilmu pemasaran merek sangat penting dan vital. Penting juga dicatat, branding menjadi pedoman sinergitas seluruh pelaku pembangunan pariwisata di NTT dalam skema pentaheliks (masyarakat, pemerintah, swasta, media dan akademisi) untuk terus menerus membangun dalam semangat untuk mewujudkan janji branding yang ada.
Branding menjadi pintu gerbang informasi calon wisatawan dan dapat memberikan kesan pertama atau persepsi yang berbeda dengan destinasi lainnya sehingga tertarik untuk datang. Branding dibangun untuk mendapatkan pengakuan, penghormatan bahkan dapat menjadikan wisatawan loyal untuk terus datang berkunjung dan mempromosikan suatu destinasi. Hal ini juga terkait janji (promise) dalam branding yang harus ditepati. Membangun dan mengelola branding sejati mengelola reputasi. Wisatawan akan memilih sebuah destinasi karena percaya akan branding dan kenyataan (imaginasi dan ekspektasi) yang diperoleh di lokasi. Branding juga dapat dijadikan alat promosi dan daya tarik produk jika sudah memiliki kekuatan sehingga mudah mempromosikan sebuah produk khususnya destinasi wisata.
Bagaimana menjual keunikan dan identitas destinasi wisata yang ada di NTT yang berbeda dengan destinasi lain yang ada di tempat lain dan kenapa wisatawan harus datang ke destinasi wisata NTT? Untuk itu perlu adanya narasi destinasi wisata NTT memberikan manfaat yang unik yang disebut Unique Selling Proposition (UPS). UPS digunakan sebagai landasan dari keunikan dan perbedaan serta mencerminkan keunggulan destinasi dibandingkan dengan positioning destinasi wisata yang lain. Kriteria yang diperlukan dalam UPS antara lain mempunyai nilai (valuable), langka (rare), tidak mudah ditiru dan tidak ada yang mampu menggantikan destinasi tersebut. Contohnya Komodo yang merupakan hewan biawak raksasa purba yang hanya ada di Indonesia dan NTT, tidak ada di negara lain. Begitu juga dengan Danau Tiga Warna Kelimutu, Ende. Danaunya ada tiga dengan warna yang berbeda dan dapat berubah-rubah. Tidak ada tempat lain yang memiliki danau tiga warna yang berubah-ubah warnanya selain di Ende.
Pendekatan yang dapat dilakukan membangun branding adalah branding setiap daya tarik wisata. Keunikan dari setiap daya tarik wisata yang ada di NTT seperti Komodo, Danau Tiga Warna Kelimutu, Bukit Wairinding Sumba, Taman Laut Alor, Pantai Nembrala Rote dan lainnya dapat dibuat merek tertentu. Kemudian branding setiap pulau karena Pulau Timor, Flores dan Sumba, masing – masing mempunyai keunikan tersendiri. Dan akhirnya NTT sebagai satu kesatuan branding dalam konsep ring of beauty. Pendekatan bisa dibalik mulai dari branding pariwisata NTT kemudian pulau dan branding setiap destinasi wisata. Seperti yang dilakukan untuk branding baru 10 destinasi yang berpedoman pada branding nasional Woderfull Indonesia.
Upaya untuk menggali merek pariwisata NTT sudah mulai dilakukan dan dipromosikan seperti Exotic NTT, yang didorong untuk menjadi branding karena dianggap menggambarkan keragaman alam, adat dan budaya NTT. Namun perlu dipertimbangkan karena banyak daerah juga mengunakan kata exotic sebagai branding wisatanya seperti Kabupaten Majalengka dengan Majalengka Exotic Sundaland. Beberapa yang lain adalah Lumajang Eksotik, Exotic Kalasan, Exotic Gunung Kidul Jogya, Gili Genting, exotic island (NTB) dan Maros exotic place in Celebes. Yang pasti, branding pariwisata NTT tidak dihasilkan lewat ilmu sulap menyulap atau pemikiran semalam, namun membutuhkan kajian mendalam untuk menghasilkan sebuah branding pariwisata berdasarkan hal yang unik, langka, bernilai.
Tidak hanya branding yang merupakan strategi pemasaran namun pembangunan pariwisata di sektor hulu juga harus dipersiapkan dan ini yang paling penting. Upaya pemenuhan aspek 5 A (Atraksi, Aksesibilitas, Akomodasi, Amenitas dan Awarnes) di setiap destinasi wisata yang ada sangat penting dan tidak bisa ditawar. Akhirnya membangun branding pariwisata NTT adalah membangun janji yang harus ditepati. Membangun dan mempertaruhkan reputasi wisata NTT dengan menghadirkan dan memenuhi aspek 5 A Pariwisata di semua destinasi wisata yang ada, agar wisatawan tidak kecewa dan berpaling ke daerah lain.
Dokumentasi : bahan dari internet (istimewa)