Rapat Koordinasi Penanganan Bencana Banjir Bandang di Nagekeo : Fokus pada Pencarian Korban, Pemulihan Infrastruktur, dan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Nagekeo, 13 September 2025
Usai meninjau lokasi bencana banjir bandang, Wakil Gubernur NTT, Johni Asadoma memimpin rapat koordinasi penanggulangan bencana banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Nagekeo pada Sabtu (13/9) di rumah jabatan Bupati Nagekeo. Rapat ini dihadiri oleh Bupati Nagekeo, perwakilan BNPB, Basarnas, TNI/Polri, Balai PU, Dinas Sosial, serta unsur terkait lainnya, dengan tujuan menyatukan langkah dalam percepatan penanganan bencana dan pemulihan pasca banjir.
Dalam arahannya, Wakil Gubernur menekankan tiga fokus utama yang harus segera ditindaklanjuti, yaitu pencarian korban hilang, pemulihan infrastruktur dan sarana-prasarana yang rusak, serta pemenuhan kebutuhan dasar bagi para pengungsi. Saat ini, masih terdapat tiga korban yang belum ditemukan dari total delapan korban yang dilaporkan hilang. Basarnas melaporkan telah menemukan lima korban, dan pencarian terus dilakukan dengan dukungan alat berat serta drone. Namun, medan yang sulit, tumpukan batu besar, dan kayu-kayu yang terbawa arus menjadi tantangan utama dalam proses pencarian.
BNPB menyampaikan bahwa masa pencarian standar adalah tujuh hari, namun dapat diperpanjang tiga hari pertama apabila ada permintaan resmi dari pemerintah daerah berdasarkan aspirasi masyarakat. Untuk memperkuat pencarian, Basarnas akan mendatangkan anjing pelacak (K9) bekerja sama dengan Polda, dan mengerahkan tambahan tenaga dari TNI, Polri, dan masyarakat.
Terkait pemenuhan kebutuhan dasar, banyak korban yang saat ini hanya memiliki pakaian yang melekat di badan. Wakil Gubernur mencontohkan keberhasilan penggalangan pakaian layak pakai di Lewotobi yang menghasilkan ribuan pakaian, dan mendorong Bupati Nagekeo untuk mengajak para ASN di daerahnya melakukan hal serupa. Pemprov NTT juga segera menyalurkan bantuan beras sebanyak 4 ton, ditambah 2–3 ton dari Dinas Sosial dan 1 ton dari BPBD. Dapur umum yang saat ini hanya satu unit segera ditambah dengan bantuan dari Kabupaten Ende untuk memastikan pasokan makanan siap saji cukup bagi seluruh pengungsi.
Dalam hal penyediaan air bersih, untuk solusi jangka pendek Wakil Gubernur mengusulkan agar truk tangki air dari kabupaten tetangga sementara diperbantukan. Koordinasi juga akan dilakukan dengan PDAM untuk memastikan distribusi air berjalan lancar. Selain itu, Bupati Nagekeo mengusulkan perbaikan jaringan irigasi dan pipa air yang saat ini belum dapat diperbaiki secara permanen.
Untuk pemenuhan kebutuhan jangka panjang, akan diadakan pompa air yang berfungsi menyedot air dari sumber yang tersedia, kemudian ditampung di bak penampung sebelum disalurkan ke rumah-rumah warga.
Kerusakan infrastruktur menjadi perhatian serius. Beberapa jembatan vital yang menghubungkan jalur ekonomi akan dibangun sementara untuk memulihkan mobilitas dan arus perdagangan. Satu unit jembatan darurat sudah tiba dari Kupang, sementara satu lagi akan dikerjakan bekerja sama dengan Densipur Udayana. Balai PU mencatat terdapat tujuh jembatan lintas provinsi, dengan dua di antaranya belum dapat diakses, yakni di Maukeli dan Aewoe. Untuk memperkuat struktur, Balai PU menyediakan 1.000 lembar kawat bronjong, dan tambahan 1.500 lembar sedang dalam perjalanan.
Wakil Gubernur menegaskan bahwa pemerintah provinsi akan memberikan perhatian khusus terhadap perbaikan ruas jalan yang rusak akibat bencana.
BNPB menekankan bahwa pendataan korban dan kerusakan harus segera diselesaikan agar bantuan dapat disalurkan tepat sasaran. Saat ini, tim BNPB yang berjumlah enam orang bekerja di Kantor Bupati untuk memverifikasi data secara detail, termasuk jumlah bayi, balita, ibu hamil, lansia, dan kelompok rentan lainnya yang memiliki kebutuhan khusus. Data yang terperinci sangat dibutuhkan karena setiap kelompok memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Pendataan juga tidak hanya mencakup pengungsi yang berada di tenda, tetapi juga warga yang sementara tinggal di rumah kerabat. Menindaklanjuti hal ini, Wakil Gubernur menginstruksikan Bupati untuk membentuk tim khusus atau satgas pendataan dengan surat tugas resmi dan rincian bidang kerja yang jelas.
Terkait perumahan, tercatat 83 rumah yang hanyut, rusak berat, atau terancam, dengan 47 rumah mengalami kerusakan paling parah. Bagi warga yang rumahnya terdampak maupun berpotensi terdampak, akan dilakukan relokasi ke tempat yang aman. Relokasi diupayakan tetap berada di wilayah desa yang sama agar urusan administrasi dan sosial lebih mudah. BNPB membutuhkan data yang lengkap dan valid agar proses bantuan dapat segera dilakukan, dengan target keluarga terdampak sudah dapat menempati rumah baru sebelum Natal 2025.
Hal lain yang turut dibahas dalam rapat adalah terkait kesehatan dan penerangan. Dari sisi kesehatan, Wakil Gubernur menekankan pentingnya penyediaan alat pelindung diri (APD), seperti masker dan sarung tangan, bagi tim pencarian agar tetap terlindungi selama proses evakuasi.
Sementara itu, untuk listrik dan penerangan, Desa Sawu yang hingga kini masih gelap akan menjadi prioritas pemulihan, sehingga aktivitas warga dan proses penanganan bencana dapat berjalan lebih lancar.
Menutup rapat, Wakil Gubernur menegaskan bahwa kerja sama lintas sektor adalah kunci dalam mempercepat pemulihan. Ia meminta agar data korban dan kerusakan dipublikasikan secara transparan di papan pengumuman di lokasi bencana, sehingga masyarakat mengetahui perkembangan yang ada.
“Dengan koordinasi yang baik dan gotong royong dari semua pihak, kita harapkan bersama penanganan bencana banjir bandang di Nagekeo dapat berjalan cepat, tepat, dan berpihak kepada masyarakat terdampak.” Tegas Wagub Johni Asadoma.
Demikian Siaran Pers dibuat untuk dipublikasikan. #AyoBangunNTT
Penulis : Oan Wutun
Foto / Video : Nuel
Anda Suka Berita Ini ?