Wagub NTT terima AIHSP, Ajak Kolaborasi Wujudkan NTT Sehat
Siaran Pers Biro Administrasi Pimpinan Setda Provinsi NTT
Kupang, 9 Juni 2022
Hari ini, Kamis, 9 Juni 2022, bertempat di Ruang Rapat
Gubernur, Lantai 1 Gedung Sasando Kantor Gubernur NTT, Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi (JNS), menerima Team Leader
Program Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan/Australia
Indonesia Health Security Partnership (AIHSP), John Leigh didampingi Deputy
Team Leader AIHSP : Isradi Alireja, Anung Sugiantono selalu Health Security
Specialist untuk AIHSP, Direktur Pengendalian Penyakit Menular Kementerian
Kesehatan : dr. Tiffany Tiara Pakasi MA, dr Julianto Kurniawan selaku
Koordinator Program VAHSi AIHSP, Lea Suganda selaku Manager Kesehatan Manusia
AIHSP, Gender Advisor AIHSP : Tanya Caufield dan DR Gita Nasution, Manager
Kesehatan Hewan AIHSP : drh Joko Daryono, Syalomi Natalia selaku AIHSP Communications
& Public Diplomacy Adviser, serta drh Siti Ganeva Pakki MEpid yang adalah
salah satu pejabat dari Kementerian Kesehatan.
“Saya atas nama masyarakat dan Pemerintah Provinsi NTT, menyampaikan terima kasih dengan adanya program AIHSP ini, dimana pemerintah Australia ingin bermitra dengan NTT dengan konsep One Health, dan ini sesuai dengan prinsip saya dan Pak Gubernur bahwa kalau kerja itu tidak bisa sendiri, harus kolaborasi dengan prisip Pentahelix. Pentahelix itu seluruh unsur itu harus masuk dan terlibat, jadi saya berterima kasih kepada teman-teman dari Australia yang mau membantu kami. Kita harus tetap memperkuat persabatan kita karena kita adalah negara tetangga, yang sangat dekat”, ungkap Wagub JNS sambil memberi ucapan selamat juga kepada Pemerintah Australia karena telah berhasil melaksanakan Pemilu yang sukses.
Mantan Anggota DPR RI ini juga menambahkan bahwa NTT berbangga karena info tersebut didapat manakala Pemerintah Australia melakukan knjungan kepada Presiden RI Jokowi, dan melaporkan hasil Pemilu di Australia dan setelah itu dilanjutkan dengan berolahraga bersama menggunakan sepeda yang berbahan baku Bambu dari NTT.
“Sepeda bambu yang luar biasa dari NTT juga akan dipersiapkan untuk diserahkan dan nanti digunakan oleh peserta KTT G-20 mendatang”, ungkap Wagub JNS.
Putera Bajawa ini juga menjelaskan bahwa Pemerintah Provinsi NTT juga memprioritaskan pembangunan di bidang kesehatan, baik kesehatan manusia maupun kesehatan hewan, dengan melakukan kerja pentahelix kolaboratif.
“Siapapun yang mau datang membantu kami di NTT, kami dengan sangat senang hati menerimanya, termasuk dengan AIHSP. Tentunya dengan berbagi peran yang jelas dan saling membantu dalam kerja semangat kolaboratif. Kami akan membantu kepada AIHSP dengan menunjukkan kabupaten mana yang harus prioritas untuk ditanggulangi telebih dahulu, baik untuk penanganan penyakit terhadap manusia ataupun kepada hewan. Kami juga sementara melaksanakan program TJPS, kita tanam jagung dan hasil dari jual jagung itu digunakan untuk bisa membeli sapi. Jadi prioritas pertama adalah dari sisi data, saya mohon bantuan teman-teman dari AIHSP kita bisa mengumpulkan data dari seluruh kabupaten di NTT. Jumlah herdnya berapa populasinya berapa kemudian dengan populasi yang ada, bagaimana dengan penyakitnya, seperti penykit babi atapun penyakit sapi.
Wagub JNS juga menambahkan bahwa secara teknis AIHSP bisa berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan, DukCapil Provinsi NTT dan Dinas Peternakan Provinsi NTT.
“Saya juga usulkan kita harus bagi region dalam pekerjaan ini, agar kerjanya lebih fokus. Bisa bagi ke region Flores, Alor, Timor ataupun Sumba. Bantu kami juga untuk bisa bekerja dalam menurunkan angka stunting yang masih relative tinggi di NTT. Perbaikan gizi dimana masyarakat bisa mengkonsumsi ayam dan protein bergizi lainnya. Jadu kerjanya dengan sisten klaster sesuai persebaran hewan yang ada di NTT. Dan satu hal yang tak kalah penting adalah pemberdayaan SDM NTT”, papar Wakil Gubernur.
Pada bagian lain, mengawali Pertemuan, dr. Tiffany Tiara mengatakan bahwa misi ataupun tugas dan fungsi dari Direktorat Pengedalian Penyakit Menular Kemenkes adalah untuk mencegah, mendeteksi dan merespons segala macam penyakit menular, termasuk Pandemi Covid-19, dan saat ini mulai membagi perhatian untuk dampak-dampak dari pandemi.
“AIHSP, Program Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan telah berjalan lima tahun sejak tahun lima tahun sejak tahun 2020 hingga 2025. Program AIHSP telah diumumkan secara resmi dalam kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo ke Australia pada bulan Februari 2020 yang lalu. NTT menjadi provinsi kemitraan ke-5 setelah Bali, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Sulawesi Selatan”, ujar dokter Tiara.
Beliau juga menyampaikan bahwa Saat ini juga Kemenkes sementara melakukan transformasi kesehatan, dimana program AIHSP telah sesuai dan sejalan dengan Joint External Evaluation, maupun National Action Plan on Health Security.
“Direktorat Pengendalian Penyakit Menular pada Kementerian Kesehatan menjadi pusat koordinasi untuk kerjasama AIHSP terkait Kesehatan Manusia. Secara berkala melaporkan kegiatan-kegiatan melalui AIHSP Program Sterring Committee, yang diketuai oleh Department of Foreign Affairs Trade Australia dan Dirjen P2P Kemenkes”, ungkap dokter Tiara sambil berharap agar kedepan Program AIHSP bisa bermanfaat untuk perbaikan kesehatan di Indonesia, secara khusus di NTT.
John Leigh selaku Team Leader AIHSP mengatakan bahwa kerjasama Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP) adalah untuk mempromosikan pendekatan One Health, yakni pendekatan strategis dengan memperluas kolaborasi interdispliner dalam semua aspek pelayanan kesehatan manusia, hewan dan satwa liar.
“Pendekatan One Health merupakan pendekatan holistik untuk menjawab ancaman zoonosis (seperti rabies Dan antrax). Penyakit zoonosis adalah penyakit yang ditularkan hewan kepada manusia. Program AIHSP adalah program kemitraan Australia Indonesia untuk ketahanan kesehatan yang didanai Pemerintah Australia. Dalam implementasi di tingkat nasional, AIHSP bermitra dengan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian untuk tingkat sub-nasional (Provinsi) bermitra dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan serta instansi terkait”, jelas Leigh.
Beliau menambahka bahwa program AIHSP didesain dengan konsultasi erat dengan pemerintah --– melihat prioritas pemerintah setempat. Program ini flexibel untuk komponen kesehatan hewan dan manusia untuk mencegah, mendeteksi dan merespon isu zoonotis (penyakit yang ditularkan hewan kepada manusia).
“Fokus area AIHSP termasuk penguatan data-data surveillance , penguatan kapasitas laboratorium, peningkatan Sumber Daya Manusia, penguatan Layanan Dasar Primer. Semua program harus selaras dengan Pemerintah Provinsi NTT. Untuk itu perlu input dari Pemda NTT, AIHSP pun siap bermitra erat dengan Pemerintah Provinsi NTT”, ujar Leigh.
Turut hadir pada audiens tersebut Staf Khusus Gubernur NTT Bidang Kesehatan : dr. Stefanus Bria Seran, M.PH, Sekretaris Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Capil Provinsi NTT : Emma Simanjuntak, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Capil Provinsi NTT : Erlina Salmun, dan Kepala Bidang Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pengan Provinsi NTT : Abraham Letik.
Penulis : France A. Tiran;
Juru Foto/Video : Adrianus Hau.
Demikian siaran pers ini dibuat untuk dipublikasikan